Hi Again!
Mutia Shahab | Editor in Chief, Lazuardi News
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bapak/Ibu Orang Tua Siswa, Guru dan juga Karyawan Lazuardi GCS, apa kabar?
Setelah beristirahat sejenak pada liburan akhir tahun, kita kembali bersekolah. Meski sempat ada harapan untuk berjumpa di sekolah pada semester kedua ini, akhirnya kita harus kembali bersabar untuk tetap di rumah.
Tapi jangan khawatir karena para guru Lazuardi telah menyiapkan berbagai progam menarik untuk #LazuardiHomeLearning di semester 2 ini. Kami rangkumkan beberapa kegiatan seru yang sudah dijalani siswa-siswi Pra-TK, TK, SD, sampai SMP Lazuardi selama Januari 2021.
Kami mengharapkan komentar dan saran Bapak/Ibu mengenai Lazuardi News melalui [email protected]
Selamat membaca, tetap sehat, dan bahagia selalu
Salam hangat,
Mutia Shahab
Editor in Chief, Lazuardi News
Hi Again!
Mutia Shahab | Editor in Chief, Lazuardi News
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bapak/Ibu Orang Tua Siswa, Guru dan juga Karyawan Lazuardi GCS, apa kabar?
Setelah beristirahat sejenak pada liburan akhir tahun, kita kembali bersekolah. Meski sempat ada harapan untuk berjumpa di sekolah pada semester kedua ini, akhirnya kita harus kembali bersabar untuk tetap di rumah.
Tapi jangan khawatir karena para guru Lazuardi telah menyiapkan berbagai progam menarik untuk #LazuardiHomeLearning di semester 2 ini. Kami rangkumkan beberapa kegiatan seru yang sudah dijalani siswa-siswi Pra-TK, TK, SD, sampai SMP Lazuardi selama Januari 2021.
Kami mengharapkan komentar dan saran Bapak/Ibu mengenai Lazuardi News melalui [email protected]
Selamat membaca, tetap sehat, dan bahagia selalu
Salam hangat,
Mutia Shahab
Editor in Chief, Lazuardi News
HOME LEARNING TOOLKIT
A Bridge Between Home and School
Just under a year ago the virulent spread of COVID-19 forced everyone to put themselves under lockdown. Schools across the world had to shut down and students were presented with an entirely different kind of learning. Everyone had to start studying at home, online.In this pandemic, we’ve all tried to work together to make everything seem as normal as possible. We’ve all had to adapt to this new situation.
In Lazuardi, we’re using a variety of online learning tools such as educational apps and websites, Google Classroom and videos as well. It is undoubtedly a stressful and unpredictable time for all. Helping the students to focus on their learning and avoid too much screen time has also become a point of concern. Research shows that spending too much time in front of screens can cause sleeping problems, issues with attention spans and even addiction to devices and/or online games. Unfortunately, online learning seems to be the best option for now until everything can return to normal.
Just under a year ago the virulent spread of COVID-19 forced everyone to put themselves under lockdown. Schools across the world had to shut down and students were presented with an entirely different kind of learning. Everyone had to start studying at home, online.In this pandemic, we’ve all tried to work together to make everything seem as normal as possible. We’ve all had to adapt to this new situation.
In Lazuardi, we’re using a variety of online learning tools such as educational apps and websites, Google Classroom and videos as well. It is undoubtedly a stressful and unpredictable time for all. Helping the students to focus on their learning and avoid too much screen time has also become a point of concern. Research shows that spending too much time in front of screens can cause sleeping problems, issues with attention spans and even addiction to devices and/or online games. Unfortunately, online learning seems to be the best option for now until everything can return to normal.
My Favorite Time: Playtime
Merancang pembelajaran virtual untuk
anak-anak usia dini memang tidak mudah. Mereka masih butuh banyak bergerak dan eksplorasi secara langsung.
Hal tersebutlah yang terus menjadi tantangan para guru untuk tetap semangat merancang kegiatan yang seru, menarik tetapi tetap bermakna.
Meski berbagai penyesuaian harus di lakukan, para guru tetap berusaha memberikan topik-topik pembelajaran yang sebelumnya biasa disampaikan saat pembelajaran berlangsung.
Tema pertama di semester 2 adalah “Rekreasi”. Siswa diajak untuk mengenal berbagai istilah baru, mengetahui tata cara rekreasi yang aman dan nyaman, berimajinasi, dan bercerita.
Puncak tema rekreasi semakin seru dengan kegiatan sentra Make Believe yang dilakukan secara virtual. Siswa-siswi TK A mengenakan pakaian untuk rekreasi ke pantai sementara siswa TK B mengenakan pakaian rekreasi ke pegunungan. Para siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.
Kira-kira keseruan apa lagi ya yang akan kita lalui bersama di Semester 2 ini? (MS)
KEMBALI KE SEKOLAH, YUK!
Belajar secara daring di masa pandemi ini terasa menantang, khususnya untuk siswa usia dini. Walau tak ada pilihan lain di masa pandemi sekarang ini. Keberpihakan guru pada siswa dan guru yang senantiasa belajar adalah kunci dalam menjawab tantangan tersebut.
Bagi siswa kelas 1 khususnya, mungkin mereka mendambakan datang ke sekolah dengan seragam lengkap, dan duduk di bangku sekolah serta bermain bersama teman-temannya.
Tidak hanya piawai dalam teknologi, guru di kelas daring harus berusaha lebih keras untuk menciptakan suasana nyaman antara siswa dengan guru dan juga siswa dengan temannya.
Hal inilah yang coba dibangun oleh guru-guru kelas 1 Lazuardi GCS. Dengan pendekatan disiplin positif, para guru berusaha memupuk kembali koneksi yang telah terbangun di semester 1.
Teacher Fina, memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan peraturan kelas yang disetujui bersama. Siswa tak hanya bersemangat mengutarakan idenya tapi juga merasa memiliki aturan yang dibuat. Mereka bahkan dengan senang hati saling mengingatkan teman-temannya agar senantiasa menciptakan iklim belajar yang positif dan kondusif.
Sementara itu Teacher Sri dengan senangnya mendengar ragam cerita siswa tentang kegiatan mereka selama libur sekolah. Satu persatu siswa bercerita, Teacher Sri dengan cermatnya mengambil kesimpulan poin penting dari memposisikan diri ada di dalam dunia anak, mendengar, dan memahami mereka adalah hal-hal yang guru harus sering lakukan. Tidak sekedar membangun koneksi, tapi menyadari bahwa siswa membutuhkan kesempatan itu. Penting rasanya menghadirkan suasana pada diri siswa bahwa gurunya hadir untuk mereka. Memiliki keterampilan teknologi yang tentunya dibutuhkan dalam belajar daring, seyogyanya tidak mengesampingkan kebutuhan anak untuk didengar dan berpendapat. Hal yang terlihat sederhana tapi berkesan untuk siswa, dan kadang luput dalam pandangan guru. Alhamdulillah, guru-guru Lazuardi GCS menyadari hal tersebut. Semoga anak-anak tetap semangat belajar dari rumah. (ST)
VIRTUAL FIELD TRIP: MUSEUM GAJAH
Salah satu kutipan pidato Presiden Soekarno yang terkenal adalah “Jas Merah” (Jangan sekali-kali melupakan sejarah). Seruan dari Bapak Proklamator kita ini, untuk mengingatkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu mau belajar dari sejarahnya, bangsa yang menghargai sejarahnya.
Karena itulah, meski dalam masa pandemi, siswa-siswi kelas 4 SD Lazuardi GCS mengikuti kegiatan virtual field trip ke Museum Gajah.
Dipandu oleh Bapak Aep Saipulloh, siswa belajar tentang seluk beluk kerajaan Hindu-Budha, dan Islam secara interaktif. Seluruh peserta dibawa ke setiap penjuru museum dan beliau menjelaskan setiap detil yang ada di dalamnya. Siswa-siswi kelas 4 terlihat begitu antusias belajar mengenai peninggalan kerajaan Hindu Budha, mengetahui lebih jauh tentang prasasti dan arca, serta peninggalan kerajaan Islam. Berbagai pertanyaan mereka lontarkan kepada Pak Aep.
Sesekali, Bapak Aep juga melontarkan pertanyaan yang disambut riuh para siswa.
Pengalaman baru mengunjungi museum secara virtual tidak mengurangi esensi edukasi yang ada di dalam museum tersebut. Berkat jelajah museum secara virtual, para siswa sudah mengumpulkan banyak informasi mengenai kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, dan Islam.
Pengetahuan mereka ini nantinya akan membantu mereka menyelesaikan proyek pertama mereka di semester 2 ini: Membangun Negara Impian. Mulai dari bentuk negara, sistem masyarakat sampai sikap bijak dalam memahami masa sulit dan masa kejayaan dari tiap-tiap kerajaan yang telah lalu, telah mereka ketahui. Tidak sabar rasanya untuk melihat dan mendengarkan ide hebat mereka tentang proyek ini.
Selamat berkreasi!
(LITBANG)
BELAJAR IPS DENGAN
Bisakah kamu membuat korelasi antara pelajaran IPS dan Minecraft? Kakak kelas 9 berhasil membuat games Minecraft sebagai alat belajar IPS untuk adik-adik kelasnya. Hal yang mungkin tak terbayang sebelumnya bagi anak-anak, guru dan mungkin orang tua, ketika euforia Minecraft menggema dan menjadi candu bagi sebagian anak-anak dan dikhawatirkan memiliki efek negatif bagi generasi muda, siswa-siswi kelas 9 Lazuardi GCS, berhasil membuktikan bahwa dengan bermain, mereka bisa tetap belajar.
Kegiatan ini awalnya merupakan inisiatif dari seorang siswa yang merindukan bermain bersama dengan teman-teman dan adik kelasnya. Setelah berdiskusi bersama Ms. Eveline pada saat classtime, para siswa kelas 9 akhirnya memutuskan untuk memadukan pelajaran dengan Minecraft.
Mereka mempersiapkan soal-soal IPS yang akan menjadi bagian pembelajaran saat bermai Minecraft. Soal dipilih secara acak melalui aplikasi quizziz dan ruang bermain di Minecraft pun dipersiapkan. Sungguh perpaduan teknologi dan kreativitas siswa yang sangat ciamik.
Selama 30 menit di waktu class time, para kakak dan adik kelas bermain seru sambil belajar. Semua peserta terlihat antusias. kegiatan ini juga disiarkan secara LIVE di akun youtube Lazuardi dimana siswa-siswa lain juga bisa menikmati keseruan ini.
“Menyenangkan sekali rasanya membuat game secara berkelompok. Apalagi bisa membantu adik kelas belajar secara seru” kata Lintang, siswa kelas 9 mengemukakan pendapatnya.
Pengalaman belajar seperti ini memberi gambaran bahwa keterbatasan yang ada selama pandemi justru memunculkan kreativitas serta daya guna. Peran orang tua dan sekolah adalah memberikan kesempatan agar anak bisa terus mendapatkan pengalaman belajar baru dan seru. Ini adalah panggilan untuk sekolah, para guru dan siswa untuk terus belajar dan berkreasi. (Litbang)
MEET OUR TEACHER: NURWULAN SELAMA
Teacher Wulan bekerja sebagai Terapis Okupasi di Pelangi Resource Center, Lazuardi GCS. Sejak lulus dari Universitas Indonesia jurusan Okupasi Terapi, Teacher Wulan mulai berkarir di Lazuardi.
Bekerja sesuai passionnya, Tr. Wulan mengaku bahwa dia sangat menikmati kesehariannya sebagai terapis anak. Memang Tr. Wulan sangat menyukai segala hal yang berkaitan dengan anak-anak.
“Kesiapan sekolah anak bukan hanya dari segi kognitif saja namun juga sensori, psikomotor, psikososial dan psikologisnya.”
Tr. Wulan
Terapis Okupasi, Pelangi lazuardi
Di luar pekerjaannya sebagai terapis, Tr. Wulan tentu memiliki hobi. Mengingat hobi jalan-jalannya tidak lagi bisa dilakukan selama pandemi, Tr. Wulan mengisi waktu luangnya dengan membaca buku dan mencoba bermain musik. Saat ini Tr. Wulan sedang belajar bermain biola dan gitar. Wah, keren ya?
Selain itu, Tr Wulan juga aktif mengajar anak-anak jalanan, meski saat ini juga hanya dapat dilakukan secara virtual.
Saksikan Interview lengkap dengan Tr. Nurwulan Salamah di Youtube Lazuardi GCS.(Red)
DID YOU KNOW?
Vaccine perform a jedi mind trick on your body
Vaccines activate antibodies that fight off the disease at hand, without actually giving you the disease. In layman’s terms, they trick us into fighting a disease we don’t have, so that our body is prepared to fight it off if we are exposed it in the future.
Inoculation from East to West
The Anatolian Ottoman Turks knew about methods of inoculation. They called it Ashi, or engrafting, and they had inherited it from older Turkish tribes.
The Turks inoculated with bits of the smallpox disease, which produced a mild form of the disease, but protected from more serious forms of smallpox. This kind of inoculation, called variolation, from the variola virus that produces smallpox, was introduced into England by Lady Montagu, a famous English letter writer and wife of the English ambassador at Istanbul between 1716 and 1718.
The Anatolian Ottoman Turks knew about methods of inoculation. They called it Ashi, or engrafting, and they had inherited it from older Turkish tribes.
The Turks inoculated with bits of the smallpox disease, which produced a mild form of the disease, but protected from more serious forms of smallpox. This kind of inoculation, called variolation, from the variola virus that produces smallpox, was introduced into England by Lady Montagu, a famous English letter writer and wife of the English ambassador at Istanbul between 1716 and 1718.
The breakthrough came when a scientific description of the inoculation process was submitted to the Royal Society in 1724 by Dr. Emmanuel Timoni, who had been the Montagus’ family physician in Istanbul. This was further augmented by Cassem Aga, the ambassador of Tripoli, who provided a firsthand account of inoculation and its safety record in Tripoli, Tunis, and Algiers, which gave valuable reassurance about the long safety record of the practice in Muslim countries, and for which he was elected fellow of the Royal Society in 1729.
Inoculation was then adopted both in England and in France, nearly half a century before Edward Jenner, to whom the discovery of vaccination is attributed.
HELLO READERS
We have a fun riddle for you!
Mark all 3 numbers that stand horizontally or vertically next to each other and make 10 when you add them.
Upload your answer and tag @lazuardigcs #lazuardinews, #Helloreaders on instagram before February 19th, 2021, and get the chance to have these cute bottles for FREE
Berita Suka Cita
“Rabbi habli minasholihiin”
Telah lahir puteri pertama dari Bapak Alpian Renaldi (Staff HRD) pada tanggal 13 Januari 2021. Semoga Ananda, Zeline Atthaya Rinaldhi menjadi anak yang shalehah dan membawa kebahagiaan untuk keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
Berita Duka Cita
“Sesungguhnya kami milik Allah SWT, dan kepadaNYA lah kami kembali” QS. Al Baqarah: 156
Mengawali tahun dengan beberapa berita duka cita dari keluarga Lazuardi atas kepergian orang-orang terkasih:
- Bapak Mahmudin bin H.Abd .Rahman, suami dari Ibu Thoharoh (Guru TK) pada tanggal 1 Januari 2021.
- Ibu Hj. Popon binti H. Abd Rahman, Ibunda dari Bapak Soleh, ST (Operational Manager) pada tanggal 2 Januari 2021.
- Ibu Hj. Maisaroh binti H. Armanih Ibunda dari Ibu Thoharoh & Ibu Thoyibah (Guru TK & Terapis SD) pada tanggal 3 Januari 2021.
- Bapak Naih bin Gacang, Ayahanda dari Bapak Asepuddin (Resource) pada tanggal 4 Januari 2021.
- Taufiq Agung, Adinda dari Ibu Maria Rakhmawati (Guru SMP) pada tanggal 4 Januari 2021.
- Bapak Karman (Ex Security Coordinator Lazuardi GCS) pada tanggal 6 Januari 2021.
Segenap keluarga besar Lazuardi GCS mengucapkan turut berduka cita dan mendoa kan semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah Almarhum/Almarhumah, serta mengampuni kesalahannya. Semoga keluarga yang ditinggalkan juga diberikan ketabahan serta kekuatan lahir batin.
PRAY FOR INDONESIA
Innalillahi Wa Innailayhi Raajiun..
Cobaan bagi negeri kita di awal tahun ini. Tetap saling mendoakan, saling menguatkan. Semoga saudara kita yang tekena musibah segera dipulihkan dari kesulitan dan diberikan kekuatan serta kesabaran. Aamiin..
HOME LEARNING TOOLKIT
A Bridge Between Home and School
Just under a year ago the virulent spread of COVID-19 forced everyone to put themselves under lockdown. Schools across the world had to shut down and students were presented with an entirely different kind of learning. Everyone had to start studying at home, online.In this pandemic, we’ve all tried to work together to make everything seem as normal as possible. We’ve all had to adapt to this new situation.
In Lazuardi, we’re using a variety of online learning tools such as educational apps and websites, Google Classroom and videos as well. It is undoubtedly a stressful and unpredictable time for all. Helping the students to focus on their learning and avoid too much screen time has also become a point of concern. Research shows that spending too much time in front of screens can cause sleeping problems, issues with attention spans and even addiction to devices and/or online games. Unfortunately, online learning seems to be the best option for now until everything can return to normal.
Just under a year ago the virulent spread of COVID-19 forced everyone to put themselves under lockdown. Schools across the world had to shut down and students were presented with an entirely different kind of learning. Everyone had to start studying at home, online.In this pandemic, we’ve all tried to work together to make everything seem as normal as possible. We’ve all had to adapt to this new situation.
In Lazuardi, we’re using a variety of online learning tools such as educational apps and websites, Google Classroom and videos as well. It is undoubtedly a stressful and unpredictable time for all. Helping the students to focus on their learning and avoid too much screen time has also become a point of concern. Research shows that spending too much time in front of screens can cause sleeping problems, issues with attention spans and even addiction to devices and/or online games. Unfortunately, online learning seems to be the best option for now until everything can return to normal.
My Favorite Time: Playtime
Merancang pembelajaran virtual untuk anak-anak usia dini memang tidak mudah. Mereka masih butuh banyak bergerak dan eksplorasi secara langsung.
Hal tersebutlah yang terus menjadi tantangan para guru untuk tetap semangat merancang kegiatan yang seru, menarik tetapi tetap bermakna.
Meski berbagai penyesuaian harus di lakukan, para guru tetap berusaha memberikan topik-topik pembelajaran yang sebelumnya biasa disampaikan saat pembelajaran berlangsung.
Tema pertama di semester 2 adalah “Rekreasi”. Siswa diajak untuk mengenal berbagai istilah baru, mengetahui tata cara rekreasi yang aman dan nyaman, berimajinasi, dan bercerita.
Puncak tema rekreasi semakin seru dengan kegiatan sentra Make Believe yang dilakukan secara virtual. Siswa-siswi TK A mengenakan pakaian untuk rekreasi ke pantai sementara siswa TK B mengenakan pakaian rekreasi ke pegunungan. Para siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.
Kira-kira keseruan apa lagi ya yang akan kita lalui bersama di Semester 2 ini? (MS)
KEMBALI KE SEKOLAH, YUK!
Belajar secara daring di masa pandemi ini terasa menantang, khususnya untuk siswa usia dini. Walau tak ada pilihan lain di masa pandemi sekarang ini. Keberpihakan guru pada siswa dan guru yang senantiasa belajar adalah kunci dalam menjawab tantangan tersebut.
Bagi siswa kelas 1 khususnya, mungkin mereka mendambakan datang ke sekolah dengan seragam lengkap, dan duduk di bangku sekolah serta bermain bersama teman-temannya.
Tidak hanya piawai dalam teknologi, guru di kelas daring harus berusaha lebih keras untuk menciptakan suasana nyaman antara siswa dengan guru dan juga siswa dengan temannya.
Hal inilah yang coba dibangun oleh guru-guru kelas 1 Lazuardi GCS. Dengan pendekatan disiplin positif, para guru berusaha memupuk kembali koneksi yang telah terbangun di semester 1.
Teacher Fina, memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan peraturan kelas yang disetujui bersama. Siswa tak hanya bersemangat mengutarakan idenya tapi juga merasa memiliki aturan yang dibuat. Mereka bahkan dengan senang hati saling mengingatkan teman-temannya agar senantiasa menciptakan iklim belajar yang positif dan kondusif.
Sementara itu Teacher Sri dengan senangnya mendengar ragam cerita siswa tentang kegiatan mereka selama libur sekolah. Satu persatu siswa bercerita, Teacher Sri dengan cermatnya mengambil kesimpulan poin penting dari memposisikan diri ada di dalam dunia anak, mendengar, dan memahami mereka adalah hal-hal yang guru harus sering lakukan. Tidak sekedar membangun koneksi, tapi menyadari bahwa siswa membutuhkan kesempatan itu. Penting rasanya menghadirkan suasana pada diri siswa bahwa gurunya hadir untuk mereka. Memiliki keterampilan teknologi yang tentunya dibutuhkan dalam belajar daring, seyogyanya tidak mengesampingkan kebutuhan anak untuk didengar dan berpendapat. Hal yang terlihat sederhana tapi berkesan untuk siswa, dan kadang luput dalam pandangan guru. Alhamdulillah, guru-guru Lazuardi GCS menyadari hal tersebut. Semoga anak-anak tetap semangat belajar dari rumah. (ST)
VIRTUAL FIELD TRIP: MUSEUM GAJAH
Salah satu kutipan pidato Presiden Soekarno yang terkenal adalah “Jas Merah” (Jangan sekali-kali melupakan sejarah). Seruan dari Bapak Proklamator kita ini, untuk mengingatkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu mau belajar dari sejarahnya, bangsa yang menghargai sejarahnya.
Karena itulah, meski dalam masa pandemi, siswa-siswi kelas 4 SD Lazuardi GCS mengikuti kegiatan virtual field trip ke Museum Gajah.
Dipandu oleh Bapak Aep Saipulloh, siswa belajar tentang seluk beluk kerajaan Hindu-Budha, dan Islam secara interaktif. Seluruh peserta dibawa ke setiap penjuru museum dan beliau menjelaskan setiap detil yang ada di dalamnya. Siswa-siswi kelas 4 terlihat begitu antusias belajar mengenai peninggalan kerajaan Hindu Budha, mengetahui lebih jauh tentang prasasti dan arca, serta peninggalan kerajaan Islam. Berbagai pertanyaan mereka lontarkan kepada Pak Aep.
Sesekali, Bapak Aep juga melontarkan pertanyaan yang disambut riuh para siswa.
Pengalaman baru mengunjungi museum secara virtual tidak mengurangi esensi edukasi yang ada di dalam museum tersebut. Berkat jelajah museum secara virtual, para siswa sudah mengumpulkan banyak informasi mengenai kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, dan Islam.
Pengetahuan mereka ini nantinya akan membantu mereka menyelesaikan proyek pertama mereka di semester 2 ini: Membangun Negara Impian. Mulai dari bentuk negara, sistem masyarakat sampai sikap bijak dalam memahami masa sulit dan masa kejayaan dari tiap-tiap kerajaan yang telah lalu, telah mereka ketahui. Tidak sabar rasanya untuk melihat dan mendengarkan ide hebat mereka tentang proyek ini.
Selamat berkreasi!
(LITBANG)
BELAJAR IPS DENGAN
Bisakah kamu membuat korelasi antara pelajaran IPS dan Minecraft? Kakak kelas 9 berhasil membuat games Minecraft sebagai alat belajar IPS untuk adik-adik kelasnya. Hal yang mungkin tak terbayang sebelumnya bagi anak-anak, guru dan mungkin orang tua, ketika euforia Minecraft menggema dan menjadi candu bagi sebagian anak-anak dan dikhawatirkan memiliki efek negatif bagi generasi muda, siswa-siswi kelas 9 Lazuardi GCS, berhasil membuktikan bahwa dengan bermain, mereka bisa tetap belajar.
Kegiatan ini awalnya merupakan inisiatif dari seorang siswa yang merindukan bermain bersama dengan teman-teman dan adik kelasnya. Setelah berdiskusi bersama Ms. Eveline pada saat classtime, para siswa kelas 9 akhirnya memutuskan untuk memadukan pelajaran dengan Minecraft.
Mereka mempersiapkan soal-soal IPS yang akan menjadi bagian pembelajaran saat bermai Minecraft. Soal dipilih secara acak melalui aplikasi quizziz dan ruang bermain di Minecraft pun dipersiapkan. Sungguh perpaduan teknologi dan kreativitas siswa yang sangat ciamik.
Selama 30 menit di waktu class time, para kakak dan adik kelas bermain seru sambil belajar. Semua peserta terlihat antusias. kegiatan ini juga disiarkan secara LIVE di akun youtube Lazuardi dimana siswa-siswa lain juga bisa menikmati keseruan ini.
“Menyenangkan sekali rasanya membuat game secara berkelompok. Apalagi bisa membantu adik kelas belajar secara seru” kata Lintang, siswa kelas 9 mengemukakan pendapatnya.
Pengalaman belajar seperti ini memberi gambaran bahwa keterbatasan yang ada selama pandemi justru memunculkan kreativitas serta daya guna. Peran orang tua dan sekolah adalah memberikan kesempatan agar anak bisa terus mendapatkan pengalaman belajar baru dan seru. Ini adalah panggilan untuk sekolah, para guru dan siswa untuk terus belajar dan berkreasi. (Litbang)
MEMILIH DIVAKSIN ATAU TIDAK?
MEET OUR TEACHER: NURWULAN SELAMA
Teacher Wulan bekerja sebagai Terapis Okupasi di Pelangi Resource Center, Lazuardi GCS. Sejak lulus dari Universitas Indonesia jurusan Okupasi Terapi, Teacher Wulan mulai berkarir di Lazuardi.
Bekerja sesuai passionnya, Tr. Wulan mengaku bahwa dia sangat menikmati kesehariannya sebagai terapis anak. Memang Tr. Wulan sangat menyukai segala hal yang berkaitan dengan anak-anak.
“Kesiapan sekolah anak bukan hanya dari segi kognitif saja namun juga sensori, psikomotor, psikososial dan psikologisnya.”
Tr. Wulan
Terapis Okupasi, Pelangi lazuardi
Di luar pekerjaannya sebagai terapis, Tr. Wulan tentu memiliki hobi. Mengingat hobi jalan-jalannya tidak lagi bisa dilakukan selama pandemi, Tr. Wulan mengisi waktu luangnya dengan membaca buku dan mencoba bermain musik. Saat ini Tr. Wulan sedang belajar bermain biola dan gitar. Wah, keren ya?
Selain itu, Tr Wulan juga aktif mengajar anak-anak jalanan, meski saat ini juga hanya dapat dilakukan secara virtual.
Saksikan Interview lengkap dengan Tr. Nurwulan Salamah di Youtube Lazuardi GCS.(Red)
Tr. Fina
DID YOU KNOW?
Vaccine perform a jedi mind trick on your body
Vaccines activate antibodies that fight off the disease at hand, without actually giving you the disease. In layman’s terms, they trick us into fighting a disease we don’t have, so that our body is prepared to fight it off if we are exposed it in the future.
Inoculation from East to West
The Anatolian Ottoman Turks knew about methods of inoculation. They called it Ashi, or engrafting, and they had inherited it from older Turkish tribes.
The Turks inoculated with bits of the smallpox disease, which produced a mild form of the disease, but protected from more serious forms of smallpox. This kind of inoculation, called variolation, from the variola virus that produces smallpox, was introduced into England by Lady Montagu, a famous English letter writer and wife of the English ambassador at Istanbul between 1716 and 1718.
The Anatolian Ottoman Turks knew about methods of inoculation. They called it Ashi, or engrafting, and they had inherited it from older Turkish tribes.
The Turks inoculated with bits of the smallpox disease, which produced a mild form of the disease, but protected from more serious forms of smallpox. This kind of inoculation, called variolation, from the variola virus that produces smallpox, was introduced into England by Lady Montagu, a famous English letter writer and wife of the English ambassador at Istanbul between 1716 and 1718.
The breakthrough came when a scientific description of the inoculation process was submitted to the Royal Society in 1724 by Dr. Emmanuel Timoni, who had been the Montagus’ family physician in Istanbul. This was further augmented by Cassem Aga, the ambassador of Tripoli, who provided a firsthand account of inoculation and its safety record in Tripoli, Tunis, and Algiers, which gave valuable reassurance about the long safety record of the practice in Muslim countries, and for which he was elected fellow of the Royal Society in 1729.
Inoculation was then adopted both in England and in France, nearly half a century before Edward Jenner, to whom the discovery of vaccination is attributed.
HELLO READERS
We have a fun riddle for you!
Mark all 3 numbers that stand horizontally or vertically next to each other and make 10 when you add them.
Upload your answer and tag @lazuardigcs #lazuardinews, #Helloreaders on instagram before February 19th, 2021, and get the chance to have these cute bottles for FREE
Berita Suka Cita
“Rabbi habli minasholihiin”
Telah lahir puteri pertama dari Bapak Alpian Renaldi (Staff HRD) pada tanggal 13 Januari 2021. Semoga Ananda, Zeline Atthaya Rinaldhi menjadi anak yang shalehah dan membawa kebahagiaan untuk keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
Berita Duka Cita
“Sesungguhnya kami milik Allah SWT, dan kepadaNYA lah kami kembali” QS. Al Baqarah: 156
Mengawali tahun dengan beberapa berita duka cita dari keluarga Lazuardi atas kepergian orang-orang terkasih:
- Bapak Mahmudin bin H.Abd .Rahman, suami dari Ibu Thoharoh (Guru TK) pada tanggal 1 Januari 2021.
- Ibu Hj. Popon binti H. Abd Rahman, Ibunda dari Bapak Soleh, ST (Operational Manager) pada tanggal 2 Januari 2021.
- Ibu Hj. Maisaroh binti H. Armanih Ibunda dari Ibu Thoharoh & Ibu Thoyibah (Guru TK & Terapis SD) pada tanggal 3 Januari 2021.
- Bapak Naih bin Gacang, Ayahanda dari Bapak Asepuddin (Resource) pada tanggal 4 Januari 2021.
- Taufiq Agung, Adinda dari Ibu Maria Rakhmawati (Guru SMP) pada tanggal 4 Januari 2021.
- Bapak Karman (Ex Security Coordinator Lazuardi GCS) pada tanggal 6 Januari 2021.
Segenap keluarga besar Lazuardi GCS mengucapkan turut berduka cita dan mendoa kan semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah Almarhum/Almarhumah, serta mengampuni kesalahannya. Semoga keluarga yang ditinggalkan juga diberikan ketabahan serta kekuatan lahir batin.
PRAY FOR INDONESIA
Innalillahi Wa Innailayhi Raajiun..
Cobaan bagi negeri kita di awal tahun ini. Tetap saling mendoakan, saling menguatkan. Semoga saudara kita yang tekena musibah segera dipulihkan dari kesulitan dan diberikan kekuatan serta kesabaran. Aamiin..