Sawangan : Menelisik Potensi Darmawisata Wilayah Sarat Sejarah
Sawangan merupakan sebuah area yang berada di daerah Depok. Siswa SMP Lazuardi menelisik potensi Darmawisata di area ini. Simak liputannya.
Depok merupakan kota strategis yang sangat dekat dengan kota metropolitan, Jakarta. Selain dijuluki sebagai Kota Pendidikan karena banyaknya universitas/sekolah yang didirikan, Depok juga dijuluki sebagai Kota Belimbing dan juga Kota Petir. Karakteristik warganya pun cenderung religius yang dibuktikan dengan banyaknya jumlah penduduk muslim sebesar 92,99%, Kristen 6,44%, Protestan 4,87%, Katolik 1,57%, Budha 0,28%, Hindu 0,17%, Konghucu 0,06%, dan juga kepercayaan 0,06%.
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa heterogenitas masyarakat merupakan hal yang biasa bagi masyarakat Depok. Hal ini juga tercermin dari keragaman suku dan budaya yang mewarnai Depok dengan hadirnya perantau dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Dominasi suku di kota ini cenderung terbagi menjadi Jawa, Betawi, Sunda, Minangkabau, dan Batak.
Sawangan merupakan sebuah kecamatan di Kota Depok yang memiliki luas sebesar 4.671,20 km persegi yang menempati ketinggian 138 meter di atas permukaan laut. Dengan 14 desa/kelurahan yang terbagi dalam 618 RT (Rukun Tetangga) dan 142 RW (Rukun Warga), Kecamatan yang semakin berkembang ke arah metropolitan ini, memiliki sejarah yang menarik untuk ditelisik lebih dalam. Mulai dari asal-muasal nama ‘Sawangan’ hingga perjuangan rakyatnya dalam melawan penjajah untuk meraih kemerdekaan. Berbagai sejarah yang terdokumentasikan seyogyanya dapat menjadi potensi darmawisata yang khas dan unik untuk dikembangkan bersama-sama.
Awal Mula terbentuknya Sawangan
Berbagai literatur menjelaskan tentang awal mula berdirinya nama ‘Sawangan’. Terdapat kajian yang menjelaskan bahwa Sawangan berasal dari kata sawang yang merupakan bahasa Sunda yang artinya melihat. Kedua, sawangan berasal dari bahasa Minahasa yang artinya bersama-sama. Namun, jika dilansir dari metropolitan.id, awal mula nama area ini dicanangkan karena dakwah Islam dari seorang wali besar yang bernama Guru Nandang atau Syekh Sawangan. Bukti sejarah juga ditunjukkan melalui makam almarhum Syekh Sawangan yang masih eksis hingga saat ini. Makam beliau terletak di depan Pesantren Al-Hamidiyah yang juga berlokasi di area ini.
Syekh Sawangan merupakan penyebar agama Islam yang hidup sezaman dengan Kerajaan Padjajaran, khususnya jaman Prabu Surawisesa pada abad ke-14. Berdasarkan wawancara dengan Maralih selaku penjaga makam Syekh Sawangan, penyebaran Islam di daerah ini berasal dari beliau dan dilanjutkan oleh para pasukan Banten. Masuknya dakwah Islam di Sawangan bermula pada saat pemimpin kerajaan Tanjung Jaya, yaitu Ratu Kiranawati melakukan penyebaran agama Islam ke sana. Ratu Kiranawati bekerja sama dengan Syekh Sawangan untuk melakukan ekspansi atas agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Atas jasa dari Syekh Sawangan, maka tak heran, wilayah ini menjadi kecamatan yang ‘Islami’ karena memiliki 24 Pondok Pesantren, 31 Madrasah Ibtidaiyah, 15 Madrasah Tsanawiyah, dan juga 4 Madrasah Aliyah yang terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Ditambah lagi dengan ribuan masjid dan mushola yang berdiri dan terus bertambah.
Gambar 1.2. Masjid Jami’ Al-Istiqomah merupakan masjid pertama dan tertua di Depok yang terletak di Jalan Raya Sawangan. Hal ini mencerminkan bahwa semangat keislaman sudah besar sejak dahulu kala. Sumber gambar: umma.id.
Perjuangan Rakyat SAWANGAN dalam Melawan Penjajah
Pada saat zaman penjajahan Belanda, masyarakat di wilayah Sawangan pun menjadi saksi sejarah dan turut berperang melawan penjajah Belanda. Bukti sejarahnya terlihat dari Tugu Batu Sawangan yang merupakan simbol perjuangan bangsa Indonesia, khususnya rakyat Sawangan. Berbagai nama pahlawan pun muncul, salah satunya adalah nama jalan yang kita sering dengar hari ini, yaitu Jalan Raya Haji Muchtar. Di tepi jalan itulah tugu tersebut terpampang dengan kokoh. Tulisan di dalam tugu itu berbunyi, “Di sini tentara NICA (Belanda) pada bulan November 1945 pernah dihancurkan oleh TKR para pemuda pejuang berserta rakyat wilayah Sawangan dalam perang kemerdekaan,” begitulah tulisan dalam tugu batu tersebut.
Tugu batu itu diresmikan pada 29 Desember 1979 oleh Bupati Bogor, yaitu Haji Ayip Rughby–yang mana dulunya Depok masih merupakan satu wilayah administrasi dengan Kabupaten Bogor. Dilansir dari pikiran-rakyat.com, terdapat salah satu saksi sejarah yang merekam peristiwa perjuangan rakyat dalam melawan penjajah. Namanya adalah Ri’an bin Ri’in, seorang laki-laki yang berusia 88 tahun dan Jamhurrobbi yang merupakan tokoh masyarakat setempat.
Gambar 1.3. Tugu Batu. Sumber gambar: depok.pikiran-rakyat.com.
PERJUANGAN RAKYAT SAWANGAN DALAM MELAWAN PENJAJAN: CERTITA PARA TOKOH
Sawangan yang dulu tidak seperti yang sekarang. Banyak perumahan baru yang didirikan di wilayah ini. Dulu, Sawangan adalah wilayah perkebunan karet dan persawahan yang cukup sepi dari penduduk. Jamhurrobbi menjelaskan bahwa wilayah ini merupakan salah satu daerah kekuasaan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) milik Belanda. Selain itu, VOC juga menguasai Limo, Cinere, Pengasinan, dan Duren Seribu.
Sementara Ri’an pun memiliki kisahnya sendiri. Ri’an yang saat itu berumur 13 tahun menyaksikan bahwa Belanda datang ke Sawangan pada suatu pagi. Warga pun memilih untuk bersembunyi di bilik rumahnya masing-masing karena sangat takut mendengar desing tembakan yang bertubi-tubi. Saat itu, pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) Belanda, menurut Ri’an, sedang melakukan pengawasan terhadap pembangunan jembatan di wilayah Parung Bingung yang merupakan perbatasan antara Cipayung dan Sawangan.
Saat itu, terjadi baku tembak antara NICA yang diserang oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin oleh Basyir–yang saat ini kita sebut sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kemudian bala bantuan didatangkan oleh pihak NICA untuk menambah pasukan, maka keadaan mulai berbalik. TKR justru diserang balik sehingga menuai buntut yang panjang. Pasukan tentara Belanda turut memasuki pelosok kampung untuk membunuh para TKR yang tersisa dan bersembunyi.
Terdapat versi lain yang menceritakan bahwa warga turut membantu untuk membuat parit lubang jebakan yang ditujukan kepada Belanda. Jebakan tersebut berlokasi di perbatasan wilayah Parung Bingung dengan Kecamatan Sawangan. Saat ini, jebakan tersebut sudah menjadi Kali Caringin yang juga tembus ke Kali Pesanggrahan. Oleh sebab strategi tersebut, Belanda pun mundur dan kembali ke Batavia yang kini disebut sebagai Jakarta.
Ri’an pun mengaminkan soal tanah Sawangan yang dikuasai oleh orang Belgia yang menyewa kebun karet tersebut dari VOC Belanda. Ia bernama Baron de Crombrugghe de Looringhe atau kerap disapa Tuan Baron. Sebelum menjadi kompleks perumahan, tanah-tanah yang dimiliki Tuan Baron membentang di area Bedahan hingga Tugu Sawangan yang bekisar dua hektar. Sejak kemerdekaan Indonesia dilegalkan, pabrik karet tersebut pun dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Bukti sejarah dari adanya pabrik ini adalah gentong air yang oleh masyarakat disebut sebagai ‘Gentong Belanda’. Gentong air tersebut masih ada hingga kini yang bertempat di Kelurahan Bedahan bagian utara.
Gambar 1.4. ‘Gentong Belanda’ yang merupakan saksi sejarah bisu sebagai sisa peninggalan penjajahan Belanda. Sumber gambar: radardepok.com.
Meningkatkan Potensi Darmawisata melalui Kekuatan Sejarah dan Seni
Kecamatan Sawangan sebenarnya memiliki potensi darmawisata yang kuat. Namun sayangnya, bukti sejarah atau dokumentasi tertulis masih sulit untuk ditemukan dan memiliki akses yang terbatas. Akan tetapi, penggalian sejarah ini dapat ditingkatkan jika bukti sejarah terus dieksplorasi oleh para akademisi. Seperti kita ketahui bersama bahwa wilayah ini cukup dekat dengan universitas terbaik di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia (UI) dan juga Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
Para mahasiswa dapat membantu melakukan penggalian sejarah ini. Pemerintah dapat berperan untuk memberikan beasiswa, baik S1, S2, dan juga S3 untuk penyusunan skripsi, tesis, atau disertasi agar fokus pada penggalian dokumen sejarah tentang Sawangan. Beasiswa tersebut dapat ditujukan kepada mahasiswa Sejarah, Sastra Belanda, Arkeologi, dan jurusan lain yang masih berkaitan. Dengan hal tersebut, diharapkan potensi darmawisata dapat meningkat karena bukti sejarah yang semakin kuat.
Ir. Soekarno seringkali mengatakan JAS MERAH “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah”. Hal ini dapat menjadi dasar agar masyarakat Indonesia tidak segera melupakan sejarah. Tak hanya itu, rakyat Indonesia hari ini juga memiliki tanggung jawab untuk mencari berbagai literatur sejarah yang sangat bermanfaat bagi masa kini dan masa depan banga Indonesia.
Selain melakukan penggalian sejarah dengan memberikan beasiswa, pemerintah juga dapat menggunakan cara kekinian untuk melakukan sosialisasi sejarah Kota Depok, yakni dengan melibatkan seni masa kini menggunakan media sosial. Seperti halnya YouTube, Tik Tok, Facebook, Twitter, dan lain sebagainya untuk mempromosikan tentang sejarah Kota Depok secara apik dan menarik. [ ]
Referensi
Artikel:
[1] Profil Daerah Kota Depok. https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1063. Diakses pada Kamis, 12 November 2020, pkl 10.19 WIB.
[2] Tujuh Wali Betawi Penyebar Islam.
https://www.viva.co.id/berita/metro/602429-tujuh-wali-betawi-penyebar-islam. Diakses pada 12 November 2020, pkl 10.55 WIB.
[3]Sejarah Islam Depok Menguak Tabir Nama Jalan Sawangan . https://www.metropolitan.id/2016/06/sejarah-islam-depok-menguak-tabir-nama-jalan-sawangan/. Diakses pada 12 November 2020, pkl 10.13 WIB.
[4] Tugu Batu Sawangan, Simbol Perjuangan Warga Depok di Masa Perang. https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01301460/tugu-batu-sawangan-simbol-perjuangan-warga-depok-di-masa-perang-430532. Diakses pada 13 November 2020, pkl 10.05 WIB.
[5] Sejarah Monumen Batu Tugu Sawangan Simbol Perjuangan terhadap Belanda. https://www.radardepok.com/2017/09/sejarah-monumen-batu-tugu-sawangan-simbol-perjuangan-terhadap-belanda/. Diakses pada 13 November 2020, pkl 10.54 WIB.
[6] Berikut sejarah Panjang Lahirnya TNI Hingga Sekarang Berawal dari TKR. https://takawanews.com/read/hut-tni-ke-75-berikut-sejarah-panjang-lahirnya-tni-hingga-sekarang-berawal-dari-tkr. Diakses pada 13 November 2020, pkl 11.23 WIB.
Gambar:
[1] Masjid Jami Al-Istiqomah, Langgar Tertua di Depok. https://umma.id/article/share/id/1003/298271. Diakses pada 12 November 2020, pkl 11.18 WIB.
[2] Tugu Sawangan, Simbol Perjuangan Rakyat Tempo Dulu. https://depok.pikiran-rakyat.com/lokal-depok/pr-09336908/tugu-sawangan-simbol-perjuangan-rakyat-depok-tempo-dulu. Diakses pada 13 November 2020, pkl. 10.59 WIB.
[3] Berasal dari Bedah Sawah, Gentong Belanda Bukti Sejarah. https://www.radardepok.com/2017/01/berasal-dari-bedah-sawah-gentong-belanda-bukti-sejarah/. Diakses pada 13 November 2020, pkl. 12.00 WIB.