Enter your keyword

post

Unity in Diversity, Membentuk budaya toleransi

Unity in Diversity, Membentuk budaya toleransi

Unity in Diversity : Hampir seabad yang lalu gaung sumpah pemuda diucapkan oleh pemuda-pemudi dari berbagai daerah di Nusantara. Semangat persatuan Jong Java, Jong Sumatranen bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes (yang saat ini bernama Sulawesi) dan beragam pemuda lintas agama terasa sampai ke sanubari. Mereka mengucapkan ikrar bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu yaitu : Indonesia

Di bulan Oktober, semangat persatuan siswa-siswi Lazuardi dibangkitkan dalam peringatan Sumpah Pemuda dan kegiatan Bulan Bahasa. Tak hanya sampai disana, proyek dari kelas 4 SD Lazuardi Cinere sungguh membuka jendela mata. Perbedaan yang pada kenyataannya luas dan abstrak, bukan hanya perlu diajarkan tapi harus dirasakan. 

Kebutuhan merasakan perbedaan dan keragaman dituangkan dalam sebuah project yang berjudul “Unity in Diversity”. Project ini berisi sebuah rangkaian proses mengenal keragaman budaya dan etnis yang dimulai dari keluarga sendiri. Anak-anak diajak untuk mewawancarai keragaman ayah dan bunda, membuat kolase kebudayaan serta melakukan riset kecil bersama kelompok yang menghasilkan  slides presentasi mengenai keragaman budaya Indonesia. 

Siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi keterampilan berpikir kritisnya dalam pertanyaan “Bagaimana membuat budaya ini dapat diterima oleh kalangan anak muda?” dan “Langkah apa yang dapat kamu pilih untuk membuatnya lebih modern tanpa menghilangkan ciri khasnya?” . Pertanyaan yang jawabannya tidak akan mudah ditemukan hanya dengan mencari di mesin pencarian seperti Google.

Mempresentasikan kebudayaan sebagai pendukung unity in diversity

Puncak Project Unity in Diversity ini bertujuan untuk melatih kemampuan berkomunikasi sebagai duta budaya dan Pariwisata Indonesia sekaligus momentum pertukaran budaya dengan orang yang memiliki kewarganegaraan Asing. 

Diantara Narasumber yang hadir adalah Ms. Leona Proper dari Jerman dan Mr. Hong Seung Ho dari Korea. Yang menarik dari mengenal budaya Jerman dan Korea adalah siswa seperti diajak berkeliling dunia dengan segala persamaan dan perbedaannya. 

Ms. Leona yang beberapa kali berkunjung ke Indonesia menyampaikan I love the country so much that I always look out for opportunities to come back”. Setelah melihat siswa yang presentasi Ms. Leona sangat takjub dengan banyaknya kebudayaan di Indonesia hingga ingin mencoba berkeliling satu-satu.

Mr. Hong yang berprofesi sebagai Guru SD di Korea,  tak kalah menarik. Ia menunjukkan suasana sekolah sebelum menyampaikan presentasi tentang kehidupan sekolah dulu dan saat Covid-19, kemiripan beberapa makanan korea dan Indonesia, serta berbagai kehidupan korea yang menarik untuk disimak. Lagi-lagi banyak pertanyaan dari Siswa memenuhi kolom komentar.

Perasaan lega sekaligus bangga tercurah dari seluruh siswa saat evaluasi presentasi. Mereka berpendapat bahwa ini adalah momen yang tak terlupakan, banyak pelajaran yang bisa diambil terutama kepercayaan diri, persiapan yang matang dan rasa peduli, persatuan dan kesatuan yang harus dijaga kelompok selama mempersiapkan presentasi. 

Melalui Project “Unity in Diversity” ini mereka mampu merasakan toleransi dan persatuan  dengan melihat sebagian kecil dunia luar. Semoga jari jemari kecil siswa-siswi Lazuardi mampu bergerak lebih jauh dan lebih luas lagi dalam melihat dunia di masa depan . Bravo, Kids!