Cross Curricular Project Approach
Cross Curricular Project Approach:
Metode Pembelajaran Menantang dan Komprehensif
Cross Curricular Project Approach merupakan salah satu metode pembelajaran dimana setiap guru ditantang untuk dapat menghubungkan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Atau dalam kata lain disebut sebagai multidisiplin. Berdasarkan kajian yang dilakukan Virginie Timmerman pada tahun 2017, Cross Curricular Approach adalah suatu pendekatan yang menekankan guru agar dapat memberikan beberapa aktivitas sekaligus yang memiliki hubungan dengan pembelajaran lainnya.
Sementara menurut British Education, Cross Curricular bermakna “...denoting or relating to an approach to a topic that includes contributions from several different disciplines and viewpoints…”. Dengan kata lain, Cross Curricular Approach dapat memberikan pemahaman yang lebih kaya dari berbagai perspektif pembelajaran.
Dengan menerapkan metode ini, siswa dapat memahami pembelajaran dengan lebih komprehensif. Lazuardi sebagai sekolah inklusif juga menerapkan metode Cross Curricular Project. Salah satu kelebihan dari metode ini, siswa dapat memahami dunia realitas melalui berbagai praktik dan terlibat secara langsung. Tak hanya itu, anak-anak juga tertantang untuk mengaitkan beberapa bidang keilmuan sekaligus sehingga pembelajaran memiliki benang merah yang terimplementasi dalam bentuk-bentuk kongkret. Berikut adalah beberapa contoh hasil kolaborasi dari berbagai lintas bidang di SMP Lazuardi pada tahun ajaran 2020/2021 semester genap:
1. Science dan Art: Kerajinan Pesawat Terbang
Siapa sangka jika science sebenarnya bisa dikaitkan dengan pelajaran art. Kali ini, Tr. Susi dan Tr. Dayat berkolaborasi dengan apik menjelaskan sekaligus mempraktikkan tentang pembuatan pesawat terbang karet (Rubber Plane). Tak hanya itu, untuk melengkapi proses pembelajaran dengan lebih komprehensif, para guru mengundang ahli agar para siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih kaya langsung dengan ahlinya. Tamu yang diundang dalam kegiatan Meet The Expert untuk materi ini adalah Bapak Arfian Angga Yulanto, Basic Aircraft Maintenance Instructor dari PT GMF Aero Asia.
Kegiatan ini semakin memantik ketertarikan dan rasa ingin tahu siswa mengenai cara kerja pesawat. Aspek kognitif didapatkan secara teoritis melalui pelajaran science, dan juga aspek psikomotorik dapat terasah dari mempraktikkan membuat pesawat dari pelajaran art. Dengan demikian, diharapkan siswa-siswi mendapatkan pembelajaran dengan lengkap, terstruktur, dan kongkret.
2. Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Agama Islam: Zakat dan Kesejahteraan Masyarakat Selama Pandemi
Pelajaran Agama Islam (PAI) bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam aspek ekonomi, zakat mampu menanggulangi kemiskinan di masyarakat yang semakin tajam
akibat Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia. Ajakan zakat secara persuasif dan konseptual terus diasah dan didorong untuk menajamkan sifat simpati terhadap orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Hal ini diajarkan dari mata pelajaran PAI oleh Tr. Chairin.
Sementara dalam aspek IPS, Tr. Eveline lebih menjelaskan tentang kesejahteraan masyarakat yang dapat lebih optimal hasilnya jika zakat terus dilakukan oleh para muzakki (orang yang memiliki kewajiban membayar zakat). Dengan demikian, siswa-siswi diharapkan dapat memahami manfaat zakat bagi kesejahteraan sosial masyarakat, khususnya di masa pandemi global. Tak hanya itu, ananda juga didorong untuk mempersuasikan kepada kedua orang tuanya untuk berzakat sesuai dengan kaidah yang berlaku.
3. English, IPS, dan TIK: Membuat animasi drama tentang Orde Baru dan Reformasi
Kolaborasi yang fenomenal dari tiga pembelajaran ini pun mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Pasalnya, produk dari karya anak-anak yang berupa animasi bermuatan sejarah pertama kalinya ditayangkan secara virtual pada Lazuardi Gala Performance, 3 April 2021 lalu. Kakak-kakak kelas 9 berhasil memahami sejarah Orde Baru dan Reformasi, menuliskan naskah dramanya dalam bahasa Inggris, serta menuangkan hasil naskah tersebut ke dalam bentuk animasi. Tentu saja hal tersebut membutuhkan kesabaran yang luar biasa, serta kerja sama yang apik.
Hasilnya pun memuaskan dan mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Topik cerita yang dikemas dengan menarik, penataan visual, dan juga audio yang detail menghadirkan suatu animasi yang tidak terlupakan bagi para penonton. Dengan demikian diharapkan, siswa-siswi dapat memantik kreativitas sehingga menambah rasa percaya dirinya. Bahkan, siswa-siswi dapat memahami banyak hal sekaligus dari project kolaborasi tiga pelajaran ini.