Merdeka Belajar Artinya Harus Memaksimalkan Personalized Learning
Penulis: Setiyo Iswoyo
Merdeka belajar ? Sudah membaca artikel yang mengulas tentang merdeka belajar? Jika sudah, maka anda pasti bisa merasakan semangat yang ingin dibawa dalam konsep tersebut. Seperti namanya, Merdeka Belajar ingin memerdekakan proses belajar untuk memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki siswa, tanpa harus terkendala hal-hal yang tidak signifikan. Artinya, sebuah pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered learning.
Salah satu aspek penting dalam student centered learning adalah adanya personalisasi dalam proses pembelajaran atau yang biasa disebut sebagai personalized learning. Personalized learning merujuk kepada berbagai jenis program, pengalaman belajar, dan pendekatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari beragam siswa dengan beragam latar belakang.
Miskonsepsi Dalam Personalized Learning
Bagi anda yang belum pernah membaca tentang personalized learning, hal ini akan nampak menjadi sesuatu yang terlalu rumit bahkan mustahil. Bagaimana tidak, setiap anak memiliki proses pembelaran yang berbeda, Artinya, dengan 25 anak di dalam kelas, guru harus menyiapkan 25 pembelajaran yang berbeda?
Tenang, ini adalah miskonsepsi paling utama tentang personalized learning. Hal terpenting dalam personalized learning adalah keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sejak tahap awal perencanaan pembelajaran itu sendiri. Mengapa hal ini menjadi penting? Karena dalam personalized learning, siswa memiliki tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan inilah yang kemudian dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Dengan ini meskipun tujuan yang dimiliki berbeda antar individu, proses pembelajaran akan tetap memenuhi hal yang ingin dicapai masing-masing siswa.
Hubungan Personalized Learning dan Merdeka Belajar
Semangat yang dibawakan oleh Merdeka Belajar sungguh luar biasa. Namun ,menjadi tantangan bagi guru untuk bagaimana memaksimalkan setiap potensi individu siswa. Personalized Learning menjadi hal yang harus bisa diupayakan untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya dalam belajar. Tanpa mengupayakan personalized learning, kita akan kembali terjebak dalam rutinitas pembelajaran di sekolah yang tidak berubah selama puluhan tahun.
Salah satu poin merdeka belajar adalah menghilangkan Ujian Nasional dan menghadirkan asesmen kompetensi di setiap tengah jenjang. Jika proses pembelajaran di dalam kelas masih dalam bentuk yang sama, dimana setiap siswa sudah memiliki target yang sama yang ditetapkan orang lain, lalu melalui proses pembelajaran yang juga sudah disiapkan oleh orang lain, maka pendidikan di sekolah akan tetap menjadi proses mengalienasikan siswa terhadap belajar itu sendiri. Dengan melakukan personalized learning, asesmen kompetensi bisa menjadi lebih bermakna karena komprensi yang nantinya dilakukan asesmen telah menjadi target capaian siswa yang ia tetap sendiri atas fasilitasi guru. Hal ini membuat siswa bisa relate dengan proses pembelajaran.
Selama ini, ada semacam anekdot bahwa setiap pergantian menteri, ada pergantian kurikulum, namun kualitas pendidikan tetap begitu-begitu saja. Merdeka belajar, meskipun bukanlah sebuah bentuk kurikulum baru, telah menawarkan sebuah konsep yang bisa jadi titik awal reformasi sistem pendidikan di Indonesia. Kita semua sebagai aktor utama dalam pendidikan adalah faktor yang akan menentukan keberhasilannya. Tanpa kita mau belajar hal baru, dan menerapkan best practices seperti personalized learning, maka anekdot di awal hanya akan terus berulang kembali.