Enter your keyword

post

Melatih Kebiasaan Baik Sejak Usia Dini

Tr. Panca Ariguntar

Menanamkan kebiasaan baik kepada anak merupakan tugas setiap orang tua dan pendidik. Hal ini merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan karakter anak. Selanjutnya pembiasaan baik bisa diperoleh melalui keteladanan dan usaha yang terus-menerus dalam membangun perilaku tersebut. Dan pastinya hal ini akan memberi hasil yang baik pula bila dimulai sejak usia dini.

Apakah yang dimaksud dengan usia dini? Pemerintah melalui UU Sisdiknas tentang pendidikan anak usia dini mendefinisikan anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun. Sementara menurut UNESCO yang dimaksud dengan “Early Childhood” adalah anak dengan rentang usia 0-8 tahun. Kedua definisi tersebut mengacu kepada hal yang sama bahwa di usia dini, anak mengalami perkembangan secara fisik dan mental yang penting.

Pra-TK/TK Lazuardi GCS menerima siswa peserta didik mulai usia 2-6 tahun yang termasuk di dalam rentang anak usia dini. Oleh karena itu, di Pra-TK/TK Lazuardi GCS kegiatan belajar sehari-hari berporos pada penanaman dan pembiasaan baik kepada siswa. Meletakkan barang pada tempatnya, melatih untuk bertanggung jawab atas barang pribadinya, termasuk pembiasaan bahwa belajar adalah sebuah proses yang menyenangkan.

Di Pra-TK dan TK Lazuardi, kebiasaan baik yang dilatih dalam kegiatan sehari-hari, beragam jenisnya. Mulai dari kemandirian, kebiasaan dalam agama, tanggung jawab, sopan santun, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa contoh pembiasaan tersebut:

Ragam kebiasaan baik yang dapat dilatih di sekolah : NILAI AGAMA

Penerapan nilai-nilai agama di Lazuardi GCS tidak terbatas kepada ritual ibadah semata. Nilai Agama yang diajarkan juga berfokus pada akhlak yang baik sesuai Al-Qur’an dan hadis. Agama haruslah menjadi pedoman ananda sepanjang hidup. Hal ini kelak diharapkan akan menjadi rem ampuh agar ananda tetap berada di jalan yang benar. Beberapa pembiasaan dalam nilai-nilai agama adalah:

  1. Melakukan praktik ibadah sholat dan wudhu serta hafalan surat-surat pendek al-Qur’an, hadis sederhana, dan doa-doa harian.
  2. Mengawali kegiatan dengan basmalah serta mengakhirinya dengan hamdalah. Hal ini sebagai salah satu bentuk ketaqwaan terhadap Allah swt.
  3. Mengucapkan kalimat thoyibah sebagai bentuk pengingat kepada Allah. Misalnya, saat mendapat rezeki mengucapkan alhamdulillah, saat melihat suatu keindahan ciptaan Allah mengucapkan subhanallah, dan seterusnya.
  4. Menanamkan rasa simpati dan empati dengan cara berbagi kepada sesama manusia yang kekurangan atau saat tertimpa musibah. Misalnya berkunjung ke panti asuhan atau sekolah sekitar yang membutuhkan dan memberikan bingkisan.
  5. Menceritakan kisah-kisah Nabi untuk mengambil hikmahnya. Terutama tentang sifat jujur. Siswa bisa meneladani sifat jujur yang didengarnya dari kisah Nabi tersebut. Siswa juga berlatih jujur dan mengakui kesalahan diri sendiri bila memang melakukannya.

RAGAM KEBIASAAN BAIK YANG DAPAT DILATIH DI SEKOLAH : kemandirian

Kaprodi Astronomi ITB, Dr. Budi Dermawan, menjelaskan bahwa secara statistik dalam 5 tahun terakhir semakin banyak mahasiswa ITB yang datang untuk berkosultasi ke bagian bimbingan dan konseling. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa persoalan yang paling banyak dihadapi oleh mahasiswa dari luar kota Bandung adalah harus hidup mandiri dan tinggal jauh dari orang tua. Sebelumnya mereka terbiasa hidup dengan mendapat pelayanan serta fasilitas yang cukup mudah didapatkan di rumah. Saat tinggal jauh dari orang tua, barulah mereka menyadari harus dapat mengurus diri sendiri serta mandiri dalam menghadapi persoalan.

Tentu pendidik dan orang tua sangat menginginkan agar anak-anak kita kelak menjadi anak yang mandiri sebagaimana mestinya. Maka dari itu di Pra-TK/TK Lazuardi GCS, siswa dibiasakan untuk melakukan tugas-tugas mandiri sederhana yang berkaitan dengan dirinya sendiri sesuai dengan tingkat usianya, antara lain:

  • Membuka dan melepas sepatu dan kaos kaki.
  • Membuka dan menutup tas dan perlengkapan makan.
  • Memasukkan buku atau perlengkapan makan ke dalam tas.
  • Meletakkan sepatu dan tas di loker yang telah tersedia.
  • Makan kudapan atau bekal dari rumah dengan mandiri. Meskipun adakalanya makanan tersebut tercecer dan berantakan, tetapi siswa berusaha untuk makan sendiri. Siswa juga diajarkan untuk memegang sendok atau garpu dengan tepat .sehingga membantunya menyuap makanan yang tersedia.
  • Toileting. Siswa dilatih untuk mandiri membersihkan diri saat berada di toilet. Diawali dengan bantuan penuh, lalu secara bertahap meningkat menjadi pengawasan, hingga akhirnya mandiri.
  • Pakaian. Siswa juga dilatih untuk dapat membuka baju kaos atau pakaian berkancing. Bila karena suatu hal siswa perlu berganti pakaian, misal saat kegiatan berenang, siswa akan terbiasa untuk mandiri dalam berpakaian.

Kemandirian ini akan menjadi bekal ananda kelak saat harus hidup tanpa bantuan orang tua lagi. Ananda akan terbiasa untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan dengan mandiri tanpa kesulitan.
Dan hal ini juga akan membantu ananda agar mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.