WELAS ASIH TERHADAP LINGKUNGAN : SISWA BERSINERGI MERAWAT LINGKUNGAN
Welas Asih merupakan karakter utama dalam pendidikan karakter di Lazuardi. Sejak bertransformasi menjadi sekolah islam berbasis welas asih, 2018 lalu, Lazuardi memastikan bahwa penanaman karakter welas asih,ada dalam setiap program sekolah. Hal ini tentu saja mencakup welas asih terhadap diri sendiri, lingkungan, dan sesama.
Efektivitas dan kualitas Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau yang lebih dikenal sebagai home learning sempat menjadi wacana yang cukup menggelitik. Hal ini karena mengingat siswa dan guru melakukan proses tatap muka secara virtual. Namun tidak halnya bagi siswa-siswi di sekolah Lazuardi. Pengalaman belajar yang kaya dapat tetap diperoleh melalui strategi pembelajaran yang variatif.
Pada kisaran bulan Oktober yang lalu, kelas 1,2, dan 3 SD Lazuardi melaksanakan proyek dengan benang merah yang sama yaitu mengenai tanaman. Kelas 1 merangkai kegiatan mengenal tumbuhan melalui proyek Our Wonderful Nature Friends. Kelas 2, melakukan eksplorasi melalui proyek The garden Explorer. Sementara itu, kelas 3 melakukan berbagai riset menarik melalui proyek Caring for environment is caring for ourselves. Tujuannya adalah siswa memiliki pemahaman pada proses tahapan dasar saintifik dan observasi sederhana terhadap proses pertumbuhan tanaman. Siswa juga mempelajari faktor faktor yang mendukung pertumbuhannya. Selain itu, siswa juga diharapkan memiliki sikap welas asih dan kepedulian terhadap lingkungan di sekitarnya.
PROYEK LINGKUNGAN HIDUP
Walaupun memiliki tujuan dasar yang sama, tentu saja terdapat gradasi dari kedalaman materi yang dipelajari yang disesuaikan dengan usia siswa. Misalnya saja siswa kelas 1 melakukan proses penanaman pakcoy secara hidroponik untuk membuktikan bahwa tanaman merupakan makhluk hidup. Selain itu, mereka membandingkan pertumbuhan tanaman yang disimpan di luar dan di dalam ruangan untuk membuktikan bahwa tumbuhan memerlukan sinar matahari dan air agar tumbuh dengan sehat. Penanaman secara hidroponik sendiri merupakan upaya untuk mengenalkan media tanam yang lain mengingat pada saat ini lahan tanam semakin terbatas.
Lain halnya dengan kelas 2 yang mempelajari mengenai habitat tanaman melalui kreasi desain kebun sebagai tempat hidup tanaman. Sama-sama menanam tanaman pakcoy, namun media yang digunakan adalah tanah. Berintegrasi dengan pelajaran Math mengenai pengukuran, siswa meluangkan waktu untuk mengamati pertumbuhan tanaman dan mengukurnya secara teratur.
Hal menarik dilakukan oleh siswa kelas 3. Kegiatan diawali dengan pengenalan media tanam dan proses penanamannya. Siswa membandingkan proses penanaman dan pertumbuhan melalui penyemaian biji dan menggunakan batang kangkung sisa sampah dapur. Pengamatan ini berlangsung selama 3 minggu dengan melakukan observasi dan pelaporan sederhana. Dalam materi bahasa Indonesia siswa mempelajari bagaimana proses pembuatan laporan sederhana dengan tepat. Melalui materi pendidikan kewarganegaraan siswa diharapkan memahami peranannya sebagai anggota masyarakat dalam memelihara lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan sikap welas asih dalam memelihara tanaman tersebut sampai tanaman kangkung cukup besar dan dapat dikonsumsi bersama keluarga. Berkenaan dengan pendidikan kesehatan, siswa mengenal beberapa jenis tanaman beracun yang harus diwaspadai agar tidak merugikan kesehatan. Kehirauan mengenai masalah ini dikembangkan dengan membuat infografik mengenai bahaya terhadap tanaman beracun tersebut menggunakan aplikasi canva pada pelajaran komputer.
BELAJAR DARI AHLINYA
Tentu saja siswa tetap melakukan pertemuan dengan narasumber hingga dapat menggali lebih banyak informasi melalui kegiatan Meet the Expert. Kelas 1 bertemu dengan ibu Irma Novelia yang merupakan penggiat tanaman hidroponik. Kelas 2 mengundang ibu Nenes, seorang pecinta tanaman yang memperkenalkan proses desain taman yang menarik serta berbagai tanaman hias dan habitatnya. Untuk kelas 3, hadir Ibu Britania, salah satu aktivis penggiat zero waste dan green living. Beliau menyampaikan bahwa sampah organik atau sayuran itu selain dapat dijadikan pupuk juga bisa ditanam kembali. Melalui kegiatan tersebut, Siswa memperoleh inspirasi untuk merawat tanaman mereka sebaik mungkin.
Untuk memudahkan siswa dalam menyediakan media belajar, sekolah menyiapkan home learning kit sebagai salah satu pendukung kegiatan belajar siswa. Bibit pakcoy dan kangkung beserta media tanam lainnya dipersiapkan dari sekolah yang dapat diambil oleh orangtua untuk kemudian dilakukan di rumah. Selain itu, media tanam dilengkapi dengan jurnal atau lembar kerja sebagai media pelaporan siswa dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
Sinergi antara pihak sekolah dan rumah ternyata dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa walaupun kegiatan sekolah dilakukan jarak jauh. Semoga saja pengalaman ini dapat memperkaya siswa dalam melakukan proses belajar.
Alhamdulilah, semoga jadi PENGALAMAN belajar menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan ya