Enter your keyword

post

Belajar Menjadi Pengusaha Sejak Dini

Belajar Menjadi Pengusaha Sejak Dini

 “Dengan belajar mengelola perusahaan kelas, siswa-siswi diharapkan memiliki jiwa entrepreneurship sejak dini. Kelak diharapkan mereka bisa memiliki mental sebagai pengusaha, bukan mental sebagai karyawan.” -Tr Dwi Anggraini H., guru kewirausahaan di SMP Lazuardi GCS.

Albert Einstein pernah berkata “Learning is an experience, everything else just information.” Dengan kata lain, dalam mempelajari sesuatu betapa pentingnya menjadikan anak memiliki pengalaman. Dengan adanya pengalaman, pelajaran menjadi lebih bermakna bagi hidupnya dan tidak akan terlupakan. Salah satu pembelajaran di SMP Lazuardi yang sangat menunjang pengalaman siswa terdapat di bidang studi Kewirausahaan.

Tr. Dwi Anggraini selaku pengampunya menjelaskan betapa pentingnya memberikan pengalaman kepada siswa sebagai bagian dari pelaku usaha. Mulai dari merancang ide perusahaan, mengembangkan produk, bahkan hingga melakukan riset segmentasi pasar dilakukan secara apik dan mandiri oleh siswa. Siswa ditantang untuk melakukan berbagai praktek jual beli yang meliputi produksi, distribusi, hingga bisa dikonsumsi oleh para siswa SD dan SMP yang merupakan sasaran pasar.

“Alhamdulillah, sejauh ini anak-anak sangat antusias ingin mendapatkan keuntungan yang besar tetapi dengan cara yang baik. Senang melihat mereka serius mendiskusikan apa yang akan mereka jual,” tutur Tr. Dwi menyampaikan proses dalam pembentukan perusahaan kelas.

Setiap kelas pada dasarnya bertanggung jawab atas satu perusahaan. Di dalam perusahaan kelas tersebut, terdapat berbagai struktur, mulai dari CEO, bendahara, sekretaris, bagian produksi, marketing, dan lain sebagainya yang memiliki tugasnya masing-masing.

“Awalnya, peserta didik akan kumpul bersama untuk memberikan ide usaha apa yang akan dijual. Ketika sudah ada, mereka akan membentuk suatu perusahaan kelas. Mereka akan berdiskusi siapa yang menjadi CEO, tim produksi, siapa tim marketing. Mereka juga bertindak sebagai pemegang saham juga. Modal perusahaan bisa berbeda-beda setiap kelas. Ada yang  siswa yang memegang saham Rp. 20.000, ada juga yang sanggup memegang saham senilai Rp. 30.000. Bervariasi tergantung kebutuhannya,” jelas Tr. Dwi.

Setelah membuat perusahaan dan pembagian tugas, siswa diminta untuk melakukan riset pasar. Kira-kira penganan apa yang laris di pasaran dan paling diminati oleh target market. “Setelah mereka membuat perusahaan kelas, mereka akan melakukan eksekusi berupa melihat pangsa pasar terlebih dulu. Kira-kira untuk pasar ini cocoknya makanannya apa yang paling laku? Lalu mereka mencocokkan dengan konsep perusahaan yang telah mereka sudah susun. Ada juga perusahaan yang menjual produk sesuai dengan ide awal mereka. Pangsa pasar anak-anak SD dan SMP. Dilihat juga dari uang jajan anak SD dan SMP. setelah itu mereka mulai berjualan,” tegas Tr. Dwi dengan semangat.

Muhammad Evan Aryaputra selaku CEO perusahaan VIII Shop juga menceritakan keseruannya selama memimpin perusahaan. Ia mengaku sangat tertantang untuk belajar tentang dunia jual beli ini. “Saya merasa senang bisa menjadi CEO perusahaan kelas Adib Rizvi. Pembelajaran yang saya dapatkan, ternyata menyenangkan ya bisa mendapatkan keuntungan dari berjualan. Saya juga belajar untuk menjaga kualitas makanan untuk kepuasan pelanggan. Contohnya, sebelum menjual Samyang, wadahnya wajib dibersihkan dulu karena berdebu. Saya juga belajar, kalau mau keuntungan yang lebih besar dapat berbelanja di pasar biasa. Kalau di pasar swalayan akan cenderung lebih mahal,” Evan menjelaskan.

Hal yang paling menarik, dari keuntungan perusahaan kelas, siswa diminta untuk belajar berbagi. Di akhir pembelajaran, siswa akan dilatih untuk menyumbangkan beberapa persen keuntungan yang didapatkan untuk berbagi ke orang lain. Selain mendidik jiwa entrepreneurship, siswa juga dilatih memiliki jiwa patriotisme untuk rela berkorban atas kerja keras mereka.

“Perilaku ini sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu belajar berbagi. Hasilnya akan disumbangkan beberapa persen dari keuntungan yang didapatkan. Di akhir, akan ada program Sharing and Caring,” tutup Tr. Dwi.

Wah, seru sekali ya belajar Kewirausahaan di SMP Lazuardi GCS!